Apapun yang menjadi tulisan disini, adalah hasil pikiran dari otak ku...... PASTINYA!!

Kejayaan Surat Kabar di Dunia TI


kenapa ya? lebih banyak orang yang suka nonton TV daripada baca surat kabar? padahal kalau menurutku, surat kabar juga tidak kalah bagus dengan TV dalam hal penyampaian informasi. Bahkan informasi yang disampaikan surat kabar bisa kita review kembali. Review disini bisa kita lakukan jika kita membeli koran-koran bekas. Karena biasanya koran-koran bekas masih dijual di toko-toko buku, atau karena kita berlangganan surat kabar.
Christensen menjelaskan mengenai kekuatan perusahaan media cetak yang dikutip dari surat kabar PIKIRAN RAKYAT. Menurut dia, perusahaan media cetak mempunyai brand yang bagus di masyarakat karena sudah lama dikenal publik. Kedua, perusahaan media cetak mempunyai banyak sumber daya manusia (SDM) yang andal di bidangnya.
Keunggulan lain dari media cetak, yaitu, kenyataan bahwa online search engines sesungguhnya tidak bisa hidup tanpa media cetak. Selama ini online search engines ini hanya menyediakan link, bukan content (isi). Oleh karena itu, Holland yakin bahwa media cetak masih menjadi "watchdog" bagi berbagai persoalan sosial, politik, maupun ekonomi yang terjadi di masyarakat. jika kita bisa tengok bersama, surat kabar merupakan media informasi yang paling dekat dengan masyarakat. mengapa begitu?

karena selain menyampaikan informasi mengenai dunia, surat kabar juga menyampaikan informasi yang ada di daerah-daerah kecil dimana yang diberitakan adalah hal-hal ataupun peristiwa yang terjadi di wilayah surat kabar itu sendiri. Namun, berita nya bersifat continuo. artinya, berita mengenai wilayah itu tidak hanya sekali. Contohnya, surat kabar JAWA POS tidak hanya menyampaikan informasi mengenai Indonesia dan Jawa, tapi juga daerah-daerah kecil lainnya yang ada di wilayah Jawa. Yaitu dengan adanya RADAR MALANG.
Sebenarnya media masa khususnya televisi, juga menyampaikan informasi seperti surat kabar. Namun, sebagian besar ionformasinya bersifat universal. berita-berita yang disampaikan ditujukan langsung untuk seluruh penonton, misalkan penonton di Indonesia, atau juga untuk seluruh dunia.
Contoh lain, sekitar tahun 1997, Bank Suma dinyatakan bangkrut antara lain karena kalah kliring, yaitu ketidak sanggupan bank Suma untuk mencairkan CP (commercial paper), promes dan surat hutang lainnya yang di jamin oleh Bank Suma dan dijual oleh group Suma kepada fihak lain. Bank Suma pernah menerima fasilitas KLBI tapi permohonan terakhir bank Suma untuk menerima KLBI ditolak oleh BI karena kredit sebelumnya belum dikembalikan. Kredit macet Bank Suma bernilai Rp.1,2 triliyun, hutangnya Rp.0,5 triliyun dan kalah kliring sebanyak Rp.70 milyard. Sejak 14 Des. 1992 bank Suma dilikwidasi oleh BI.
Dalam peristiwa itu, puhak Humas Bank Suma melakukan research tentang kesalahan yang terjadi, dan apa saja yang terjadi dengan meneliti surat kabar yang beredar dalam 5 tahun terakhir, dimana yang dicari adalah informasi dunia perbankan dalam 5 tahun terakhir.
Betapa bergunanya surat kabar dalam berbagai hal. Solusi yang mungkin dilakukan adalah menyinergikan antara perkembangan teknologi informasi, dalam hal ini internet, dengan kekuatan yang dimiliki media cetak. Semua media cetak di AS tak hanya membuat situs, tetapi juga melengkapinya dengan kanal "lokal" yang begitu spesifik bagi penduduk di tempat media tersebut diterbitkan. Ini menyebabkan pembaca merasa dekat dengan situs yang dibacanya, merasa terwakili kepentingan dan kebutuhannya.
Agar mampu bertahan di tengah berbagai tantangan dan perubahan, menurut Christensen, perusahaan media cetak harus meningkatkan keahlian mereka demi membantu masyarakat yang membutuhkan layanan informasi yang diinginkan. Yang terpenting adalah perusahaan media cetak harus mengubah cara mereka bekerja selama ini. Perusahaan media cetak harus didorong untuk melihat pasar dengan cara yang berbeda demi memperoleh keuntungan, selain melaksanakan fungsi media. Perusahaan juga harus menangkap peluang pasar yang khusus (niche market), dan melakukan berbagai kegiatan spesial demi menjalin hubungan baik dengan pembaca mereka.
Bagaimanapun, menurut Christensen, perusahaan media cetak tak bisa hanya memotong biaya produksi dan berharap badai segera berlalu. Mereka juga tak bisa melakukan "business as usual". Dengan kata lain, perusahaan media cetak harus berkomitmen untuk berubah dan melakukan berbagai hal dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.
Lalu bagaimana meminimalisasi biaya SDM tanpa kehilangan keahlian mereka dalam menulis berita? Menurut Elaine Clisham dalam artikelnya "What should we stop doing?" (23 Februari 2008) yang dimuat di situs web www.newspapernext.com, surat kabar bisa menurunkan laporan mendalam mengenai sebuah masalah di suatu daerah, yang pasti akan berbeda penyelesaiannya dengan masalah yang sama di daerah lain.
Oleh karena itu, Christensen meyakini bahwa media cetak mempunyai masa depan yang cerah selama perusahaan surat kabar bisa melihat peluang yang ada dari kekuatan yang mereka miliki. Meskipun jumlah media massa di Amerika yang berguguran juga sudah mulai banyak saat ini akibat krisis global (bukan semata karena perkembangan teknologi informasi), tetapi masih lebih banyak jumlah yang bisa bertahan karena kreatif dan memanfaatkan teknologi informasi yang kian berkembang pesat.
Namun, solusi yang dilakukan di AS dan dinilai berhasil mempertahankan eksistensi perusahaan media cetak, belum tentu cocok 100 persen untuk diterapkan di Indonesia sekalipun persoalan yang dihadapi nyaris sama.
Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi media cetak di tanah air, oleh para pakar maupun praktisi media di negeri ini, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan suatu perubahan. Apalagi, persoalan koneksi internet di Indonesia hingga saat ini belumlah sebagus dan semurah di luar negeri. Belum lagi fakta bahwa banyak daerah di Indonesia yang belum bisa mengakses internet.
Jika persoalan yang dihadapi dapat diketahui secara pasti serta didukung data (hasil survei di lapangan) yang memadai, penulis yakin solusi yang diperoleh pun akan lebih sesuai dengan kondisi dan situasi di Indonesia, ketimbang hanya copy paste strategi yang sudah dilakukan di AS atau negara lain manapun serta berharap bisa menuai kesuksesan yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar